Kamis, 21 September 2017

Tari Bondan, Sejarah, Ragam dan Propertinya



Tari Bondan adalah tarian salah satu tarian tradisional yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Tarian ini merupakan tarian tradisional yang menggambarkan tentang kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Yang menjadi ciri khas dari Tari Bondan ini adalah property yang di gunakan, yaitu payung kertas, kendil dan boneka bayi yang di gendong penari.

Tari Bondan


Berdasar sebagian sumber sejarah yang ada, Tari Bondan ini adalah tarian yag dimainkan oleh beberapa kembang desa untuk menunjukan jati dirinya. Dengan Tari Bondan ini para penari diajak untuk belajar dan membayangkan bagaimana mereka kelak pada saatnya akan menjadi seorang ibu yang juga mempunyai kewajiban untuk mengasuh anak mereka. Tarian ini mengajarkan bawha menjadi wanita bukan sekedar berparas cantik, tetapi juga harus  bisa mengasuh, memberikan kasih sayang dan bisa melindungi anaknya.

Tari Bondan ini mempunyai 3 ragam tarian yaitu Tari Bondan Cindogo, Tari Bondan Mardisiwi dan Tari Bondan Pegunungan atau Tari Bondan Tani. Setiap ragam dari Tari Bondan mempunyai ciri khasnya sendiri, salah satunya adalah narasi dalam tarian, properti yang dipakai, serta kostum yang dipakai. Namun masih tetap tidak meninggalkan ciri aslinya yaitu tarian yang melukiskan mengenai kasih sayang dari seseorang ibu pada anaknya. Tari Bondan Cindogo, tarian ini menceritakan kasih sayang ibu pada anaknya yang sudah meninggal sehingga nuansa sedihnya sangat terasa.
Untuk pertunjukan Tari Bondan Pegunungan ini sedikit berbeda dengan tari bondan cindogo dan juga mardisiwi. Dalam pertunjukannya, Tari Bondan Pegunungan ini menggambarkan perempuan desa di pegunungan atau di desa tani dalam menggarap ladang atau bertani. Setelah para penari menari menggunakan peralatan tani tersebut para penari kemudian melepas baju bertaninya dan menggantinya dengan baju yang digunakan dalam Tari Bondan. Kemudian para penari menari dengan gerakan pada Tari Bondan lainnya.

Properti Tari Bondan

Selain keunikan dalam alur cerita salah satu ciri khas yang menjukan keistimewaan terdapat para properti tari yang digunakan untuk mendukung para penari dalam mempertunjukkan alur cerita. Adapun beberapa properti yang biasa digunakan dalam sebuah pertunjukan tari bondan antara lain sebagai berikut.

Kendil

Kendi atau kendil merupakan sebuah wadah (tempat air minum) yang terbuat dari tanah liat. Properti ini digunakan sebagai alas tari oleh para penari. Jika kita melihat pertujukan tari ini tentunya akan terpukau bagaimana seseorang melakukan gerakan dengan bertumpu pada sebuah kendi yang ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan penari itu sendiri. Namun demikian properti berupa kendil tidak ditemukan pada jenis tari bondan Mardisiwi.

Boneka

Boneka juga menjadi salah satu ciri khas dari properti tari bondan. Peran boneka anak ini sebenarnya lebih ke arah mendukung alur cerita dimana para penari menunjukan sifat keibuannya yang lemah lembut serta penuh kasih sayang terhadap anaknya.

Salah satu tujuan dari kesenian ini memang memberikan pelajaran pada remaja putri untuk tidak melupakan jatidirinya sebagai seorang wanita yang kelak akan tumbuh dewasa menjadi seorang ibu. Tak heran jika tarian ini sangat digemari oleh remaja putri pada masanya.

Payung

Payung berperan sebagai properti yang tak boleh tertinggal dalam sebuah pertunjukan tari bondan Mardisiwi dan Cindogo. Properti ini digunakan penari sebagai pendukung gerakan sekaligus sebagai gambaran bagaimana seorang ibu melindungi anaknya dari segala mara bahaya.

Selain sebagai bentuk hiburan, filosofi yang terdapat pada pertunjukan tari bondan memiliki peran penting dalam pendidikan khususnya bagi remaja putri dalam perkembangan psikis dan mentalnya. Dengan demikian remaja putri akan lebih siap serta paham bagaimana peran seorang ibu dalam membesarkan serta melindungi anaknya.

Selain ketiga properti di atas tentu saja sebagai salah satu jenis tarian klasik tari bondan juga dicirikan dari kostum yang identik dengan busana desa orang jawa. Sementara itu pada pertunjukan tari bondan tani properti yang dikenakan biasaya berupa tenggok, caping, dan alat pertanian. Sekian dulu ulasan mengenai properti tari bondan dari surakarta yang hingga kini banyak memukau para penonton yang menikmati pertunjukan tarian tersebut.


Sumber :
http://www.kamerabudaya.com

Read more ...

Rabu, 20 September 2017

34 Pakaian Adat di Indonesia Lengkap

Pakaian Adat – Indonesia mempunyai bermacam budaya yang datang dari Sabang sampai Merauke. Luasnya lokasi Indonesia ini buat banyak keragaman dalam suku dan kebiasaan istiadat. Indonesia bukan sekedar masyhur dalam bagian maritim serta rempah-rempah. Namun juga dalam kebudayaan, salah nya ialah baju tradisionil.

Bhinneka Tunggal Ika, tidak sama namun tetaplah satu jadi slogan yang perlu dipegang teguh oleh tiap-tiap warganya. Pikirkan saja, ada 34 Propinsi yang membentang dari ujung barat sampai ujung timur. Ada juga sekitaran 1. 340 suku bangsa yang tidak sama namun mempunyai satu maksud serta landasan yang sama. Pancasila.

Indonesia yaitu negeri yang kaya. Tidak cuma dari limpahan sumber daya alamnya yang mengagumkan, Indonesia disebutkan kaya tetapi juga karna warisan budaya dari suku-suku sebagai penghuninya. Budaya Indonesia yaitu budaya yang tersusun atas lebih dari 1. 340 suku bangsa yang sama-sama berlainan namun tetaplah satu jua.

Satu diantara bentuk riil budaya Indonesia bisa kita dapatkan dari bermacam baju kebiasaan dari sebagian suku yang mewakili beberapa propinsi yang ada. Pada artikel ini juga akan dibicarakan beberapa baju kebiasaan Indonesia itu dengan lengkap dari sabang hingga merauke bersama nama, gambar, serta penuturannya.

Pakaian Adat Aceh


Pakaian tradisional yang berasal dari Aceh ini bernama Ulee Balang. Untuk pria, pakaian adat ini dinamakan dengan Linto Baro dan untuk perempuan dinamakan dengan Daro Baro. Pada awalnya Ulee Balang ini hanya dipakai oleh orang-orang terpandang seperti sultan, raja dan pengantin.

Bhinneka Tunggal Ika, tidak sama namun tetaplah satu jadi slogan yang perlu dipegang teguh oleh tiap-tiap warganya. Pikirkan saja, ada 34 Propinsi yang membentang dari ujung barat sampai ujung timur. Ada juga sekitaran 1. 340 suku bangsa yang tidak sama namun mempunyai satu maksud serta landasan yang sama. Pancasila.

Indonesia yaitu negeri yang kaya. Tidak cuma dari limpahan sumber daya alamnya yang mengagumkan, Indonesia disebutkan kaya tetapi juga karna warisan budaya dari suku-suku sebagai penghuninya. Budaya Indonesia yaitu budaya yang tersusun atas lebih dari 1. 340 suku bangsa yang sama-sama berlainan namun tetaplah satu jua.

Satu diantara bentuk riil budaya Indonesia bisa kita dapatkan dari bermacam baju kebiasaan dari sebagian suku yang mewakili beberapa propinsi yang ada. Pada artikel ini juga akan dibicarakan beberapa baju kebiasaan Indonesia itu dengan lengkap dari sabang hingga merauke bersama nama, gambar, serta penuturannya.

Pakaian Adat Sumatra Utara


Pakaian Adat
adat-tradisional.blogspot.com
Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang memiliki suku yang cukup beragam. Mulai dari suku Melayu, suku Nias dan yang paling dominan adalah suku Batak yang merupakan leluhur dari Provinsi Sumatera Utara ini.

Pakaian adat dari suku ini adalah Ulos. Kain ulos merupakan kain yang dihasilkan dari menenun secara manual, kain ulos ini berasal dari kain sutra yang berwarna putih, hitam, merah serta terdapat manik-manik dan hiasan berwarna emas atau perak.

Dilihat dari coraknya, kain ulos terdapat bebrapa macam jenis seperti Ulos Bintang Maratur, Ulos Padang Ursa, Ulos Pinan Lobu-lobu dan Ulos Pinuncaan.



3. Pakaian Adat Riau

Pakaian Adat
adat-tradisional.blogspot.com
Pakaian tradisional dari daerah Riau ini sangat beragam, bahkan terdapat 4 jenis pakaian adat yang terdapat dalam kebudayaan Melayu. Tapi, secara umum pakaian adat Riau ini bernama Melayu Riau. Pakaian adat yang bermacam-macam ini menjadi salah satu bukti bahwa kebudayaan Riau telah maju.

Pakaiian yang paling sering digunakan dalam menghadiri acara resmi adalah baju Kurung Cekak Musang lengkap dengan kopiah dan kain sarung tenun untuk laki-laki. Sedangkan untuk perempuan adalah Kebaya Laboh. Kebaya Laboh ini dibuat dari kain tenun khas Riau.

Untuk gadi, Kebaya Laboh ini dibuat dengan panjang mencapai 3 jari dari atas lutut, sedangkan untuk perempuah yang setengah baya biasanya Kebaya Laboh ini dibuat hingga 3 jari dibawah lutut.

4. Pakaian Adat Sumatera Barat

Pakaian Adat
adat-tradisional.blogspot.com
Jika berbicara mengenai Sumatra Barat maka hal pertama yang terlintas adalah kisah Malin Kundang dan makanan nasi Padang. Tanah Minangkabau adalah salah satu suku yang sangat menjunjung tinggi adat serta istiadat dari nenek moyang mereka.

Pakaian adat dari Sumatra Barat ini bernama Bundo Kanduang. Pakaian tradisional ini memiliki filosofi yang sangat tinggi. Bundo Kanduang memiliki artian peranan seorang ibu dalam keluarga serta kehidupan.

Bundo Kanduang memiliki berbagai macam perlengkapan seperti tingkuluak, baju batabue, gelang, dukuah, lambak dan selempang. Sedangkan untuk pria sendiri pakaian adatnya bernama Pakaian Penghulu yang memiliki beberapa perlengkapan seperti deta, baju hitam, sesamping, sarawa, cawek, keris, tungkek dan sandang.

5. Pakaian Adat Kepulauan Riau

Pakaian Adat
adat-tradisional.blogspot.com
Lokasi Kepulauan Riau sangat strategis sebagai jalur pelayaran pada zaman dahulu kala. Hal ini membuat akulturasi budaya para pendatang seperti Arab, China dan. Pakaian adat dari Kepulauan Riau ini diberi nama Kebaya Labuh dan Teluk Belanga.

Kebaya Labuh ini dipakai oleh kaum wanita , desainnya pun sangat sederhana dan hanya menggunakan tiga peniti saja untuk mengaitkannya. Sehingga bagian bawah dari kemeja ini akan terlihat sedikit melebar dan terbuka.

Sedangkan untuk kaum pria menggunakan pakaian adat Teluk Belanga. Pakaian ini memiliki motif polos dengan warna yang tidak terlalu mencolok seperti hitam dan abu-abu. Aksesoris yang digunakan untuk Teluk Belanga ini adalah sarung yang dipakai hingga ke lutut.

6. Pakaian Adat Bangka Belitung

Pakaian Adat
adat-tradisional.blogspot.com
Pakaian tradisional dari Provinsi Bangka Belitung adalah Baju Seting dan Kain Cual. Menurut cerita masyarakat sekitar mengatakan bahwa pakaian adat ini awalnya dibawa oleh saudagar Arab yang datang ke Bangka Belitung. Pakaian tersebut maka sering dipakai oleh masyarakat setempat.

Kain Cual ini juga disebut dengan nama Limar Muntok, jika dilihat sekilas maka corak dan motifnya terkesan sama dengan kain songket dari Palembang. Tapi sebetulnya kain ini jauh berbeda, yang membedakannya adalah bentuk motifnya.

Aksesoris yang digunakan untuk kain cual ini adalah mahkota dengan ornament yang dinamakan paksian, penutup dada pada baju, kembang cempaka, daun bamboo, pagar tenggalung dan kalung anting panjang.

Sedangkan untuk laki-laki menggunakan pakaian dengan bentuk seperti jubah panjang yang sangat mirip dengan jubah khas Arab. Biasanya jubah ini akan dipadu padankan dengan dengan selempang serta celana bawahan. Alas kakinya sendiri menggunakan selop.

7. Pakaian Adat Jambi

Pakaian Adat
adat-tradisional.blogspot.com
Hampir sama dengan provinsi lainnya yang berada di Pulau Sumatera, Provinsi Jambi memiliki mayoritas masyarakat dari Suku Melayu. Pada kehidupan sehari-harinya, pakaian adat dari Jambi in sangatlah sederhana. Pria menggunakan celana berwarna hitam dengan ukuran yang lebar hingga betis, serta memakai penutup kepala atau kopiah. Sedangkan untuk wanita menggunakan baju tanpa lengan.

Sedangkan untuk kegiatan resmi, pakaian tradisional Jambi ini bernama Pakaian Tradisional Melayu Jambi. Baju untuk pria adalah baju kurung tanggung dengan lengan yang lebih dari siku tapi tidak mencapai pergelangan tangan. Menurut kepercayaan Jambi, baju tanggung ini memiliki filosofi bahwa pria harus cekatan serta tangkas dalam bekerja.

Untuk kaum wanita menggunakan baju kurung yang memiliki bahan dasar beludru. Aksesoris yang digunakan adalah teratai dada, selendang, pending, sabuk dan selop. Terdapat pula tambahan berupa mahkota yang diberi hiasan berupa logam berwarna kuning dengan bentuk yang mirip duri pandan.

9. Pakaian Adat Bengkulu

Pakaian Adat
adat-tradisional.blogspot.com
Bengkulu merupakan salah satu Provinsi di Pulau Sumatra yang memiliki cukup banyak sumber daya serta kebudayaan. Namun bagi sebagian orang masih terasa asing mengenai pakaian adat dari Bengkulu ini.

Masyarakat Bengkulu itu sama halnya dengan masyarakat yang berada di Pulau Sumatra yakni mayoritas berbudaya Melayu. Namun terdapat pula perbedaan antara budaya Melayu Bengkulu dengan Budaya Melayu pada biasanya. Salah satu perbedaat tesebut berada pada pakaian adat Bengkulu yang bernama Pakaian Adat Melayu Bengkulu.

Pakaian tradisional untuk pria menggunakan jas dan celana pajang dengan aksesoris berupa penutup kepala. Bahan dasar dari jas ini yakni beludru dan kain wol dengan warna dasar hitam. Serta celana yang berbahan dasar kain satin. Untuk penutup kepalanya sendiri dibuat runcing atau mancung ke atas, nama penutup kepala ini adalah detar.

Pakaian tradisional untuk wanita sendiri adalah baju kurung yang dengan lengan yang panjang hingga pergelangan tangan. Bahan dasar dari baju kurung ini adalah kain beludru dengan warna yang tua seperti hitam, lembayung, dan biru tua. Biasanya kaum perempuan suka menambahkan berbagai aksesoris seperti hiasan kembang goyang, giwang, mahkota dan kalung bersusun.

10. Pakaian Adat Sumatera Selatan

Pakaian Adat
adat-tradisional.blogspot.com
Palembang menjadi kota yang ikonik di Sumatera Selatan ini, serta peninggalan bersejarah dari Kerajaan Sriwijaya. Pengaruh Kerajaan Sriwijaya sangat kental bagi masyarakat di Sumatra Selatan ini. Salah satunya adalah pakaian adat.

Pakaian tradisional dari Sumatra Barat ini bernama Aesan Pasangko dan Aesan Gede, dalam bahasa Palembang aesan memiliki arti pakaian. Aesan Gede adalah pakaian yang melambangkan suatu kebesaran. Sulaman yang berwarna emas melambangkan bahwa Sumatra adalah pulau emas atau julukan lainnya adalah Swarnadwipa.

Aesan Gede ini akan dilengkapi beberapa aksesoris seperti mahkota, kelapo standan, kembang goyang, baju dodot serta songket. Sedangkan Aesan Pasangko adalah pakaian yang melambangkan sebuah keanggunan bagi pemakainya.

10. Pakaian Adat Lampung

Pakaian Adat
adat-tradisional.blogspot.com
Jika dilihat di peta, Provinsi Lampung berada paling selatan di Pulau Sumatra dan berdekatan dengan Pulau Jawa. Hal ini membuat cukup banyaknya akulturasi di Lampung ini karena transmigrasi penduduk dari Pulau Jawa. Akibat akulturasi inilah yang membuat cukup banyak penduduk yang heterogen di Lampung.

Pakaian tradisional untuk kaum laki-laki biasanya sangat sederhana, cukup baju berlengan panjang dengan warna putih serta celana panjang dengan warna hitam. Ada pula tambahan berupa sarung tumpal serta sesapuran dan khikat akhir

Sedangkan pakaian adat untuk kaum perempuan tidak jauh berbeda degan kaum laki-laki. Pada kaum wanita ditambah beberapa perlengkapan seperti bebe, selappai, katu tapis dewa sano. Selappai sendiri merupakan baju tanpa lengan dengan tepi bagian bawah yang berupa hiasan rumbai ringgit.

11. Pakaian Adat Banten

Pada awalnya Banten adalah provinsi pecahan dari Jawa Barat dan mulai berdiri pada tahun 2000. Maka tidak heran jika kebudayaan Banten banyak sekali dipengaruhi oleh kebudayaan Sunda dan kebudayaan lain yang masuk lewat jalur laut. Pada masa lalu Banten adalah kota pelabuhan yang banyak sekali dikunjungi orang dari berbagai duni untuk perdagangan.

Pakaian adat Banten terdiri dari 3 jenis, yakni baju penganten, baju pangsi dan pakaian adat Baduy, berikut ini adalah penjelasannya.

Pakaian Penganten

Dari namanya saja kita sudah bisa mengetahui bahwa pakaian ini dipakai ketika acara pernikahan oleh kedua mempelai. Motif serta bentuk dari pakaian penganten ini hampir mirip dengan pakaian penganti dari tanah Sunda.

Pakaian penganten untuk mempelai pria adalah baju koko dengan kerah sebagai atasannya, kain batik khas Banten atau kain samping menjadi bawahan dari pakaian penganten pria ini. Ada pula pelengkapnya, yakni penutup kepala, selop, parang golok atau keris.

Pakaian penganten untuk mempelai wanita adalah baju kebaya sebagai atasannya, kain batik atau kain samping menjadi bawahannya. Untuk selendang sendiri dipakaikan hingga ke bahu serta diberi hiasa kepala berupa kembang goyang berwana emas dan kembang melati yang diselipkan pada sanggul.

Baju Pangsi

Baju pangsi bukan hanya saja menjadi pakaian keseharian dari suku Sunda, tetapi Banten pun sama memakai baju pangsi ini. Baju ini dipadukan dengan celana komprang dan biasanya dipakai untuk latihan beladiri seperti pencak silat dan debus.

Pakaian Adat Baduy

Suku asli dari masyarakat Banten adalah suku Baduy, yang sangat mencolok dari suku Baduy ini adalah memengang hukum adat serta menutup diri dari masyarakat luar serta perkembangan teknologi. Terdapat dua suku Baduy yakni Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar.

Pakaian ada Baduy Dalam

Suku Baduy dalam adalah masyarakat Banten yang sama sekali tidak mau berinteraksi dengan masyarakat luar. Pakaian adat mereka adalah pakaian dengan warna putih polos yang diberi nama Jamang Sangsang.

Pakaian ini dikenakan dengna cara “disangsangkan” atau digantungkan di badan. Baju ini tidak memiliki kerah di leher dan hanya memiliki lubang pada bagian lengan serta leher. Keunikan dari baju ini adalah tidak adanya kancing serta dijahitnya pun menggunakan tangan.

Bahan dari baju Jamang Sangsang ini adalah dari kapas. Untuk bawahannya sendiri menggunakan sarung berwarna biru tua atau hitam yang diikatkan di pinggang serta tambahan lainnya adalahikat kepala sebagai pembatas rambut.

Pakaian ada Baduy Luar

Masyarakat Baduy Luar adalah suku Baduy yang masih berinteraksi dengan masyarakat dari luar yang tentunya terdapat beberapa Batasan. Mereka cenderung memakai pakaian adat yang serba hitam dengan nama baju kampret atau baju kelelawar.
Desain dari baju ini sangat simpel dan dinamis. Masih terdapat pula jahitan dari mesin, beberapa kantong dan kancing serta bahannya tidak harus murni dari kapas alami. Untuk ikat kepalanya sendiri menggunakan ikat kepala dengan warna biru tua corak batik.

12. Pakaian Adat DKI Jakarta

Betawi sudah menjadi ciri khas dan menjadi simbol dari Kota Jakarta. Pada penggunaanya, pakaian adat Betawi ini terdiri dari 3 jenis yakni pakaian keseharian, pakaian resmi dan baju pengantin. Berikut ini akan dijelaskan ketiga macam pakaian adat Betawi ini.

Pakaian Keseharian Betawi

Pakaian ini adalah pakaian yang paling sering dan umum dikenakan oleh orang Betawi dalam melakukan aktivitasnya.

Untuk pria pakaian yang digunakan adalah baju koko atau baju sadarian dipadukan dengan celana rompang dengan ukuran ranggung, serta sarung yang diikatkan pada pinggang. Untuk aksesorisnya sendiri yang digunakan adalah ikat pinggang hijau serta peci berwarna merah.

Sedangkan pada wanita, baju yang dipakai adalah baju kurung yang berwarna sangat mencolok dipadukan dengan kain batik sebagai bahwahan dengan motif geometris. Untuk tambahan lainnya adalah selendang yang berwarna sama dengan baju kurung dan juga kerudung untuk pentup kepala.

Pakaian Resmi Betawi

Pada awalnya pakaian resmi hanya dipakai oleh kalangan bangsawan dan para demang. Namun saat ini sudah banyak digunakan untuk menghadiri acara formal atau bahkan juga sebagai pakaian dari para PNS yang bekerja di Pemda DKI.

Pakaian ini bernama baju ujung serong dengan dalaman kemeja putih, jas berwarna gelap serta batik yang dikenakan di pinggang hingga lutut, serta celana pantolan yang memiliki warna sama dengan jas. Untuk aksesorisnya sendiri adalah kopiah sebagai tutup kepala, kuku macan, pisau raut atau badik yang diselipan di

pinggang, jam rantai serta pentople.

Untuk wanita sama dengan pakaian keseharian yakni baju kurung dengan kain batik serta selendang dan kerudung. Ditambah lagi mengenakan perhiasan seperti emas, kalung dan cincin untuk menambah serasi.

Pakaian Pegantin Betawi

Pakaian pengantin Betawi ini adalah salah satu tanda terdapatkan akulturasi dari berbagai kebudayaan seperti Arab, Tionghoa dan Melayu karena pada saat itu Pelabuhan Sunda Kelapa banyak didatangi oleh para pelancong dari daerah tersebut.

Pakaian pengantin pria bernama Dandanan Care Haji. Bajunya berupa jubah besar berwarna cerah dengan benang keemasan serta celana panjang putih, serta selendang yang dikenakan di dalam jans. Untuk tutup kepala menggunakan sorban.

Pada pakaian pengantin perempuanini bernama Care None, jika dilihat sekilas maka sangat kental dengan budaya Tionghoa. Pakaian ini terdiri dari blus berwarna cerah, rok gelap atau rok kun serta hiasa kepala berupa kembang goyang bermotif burung hong.

Adapula hiasan rambut seperti sanggula lengkap dengan cadar serta bunga melati yang diikat pada sisir ronje lengkap dengan pernak-perniknya. Hiasan lain adalah gelang, giwang, manik-manik dada serta selop model perahu.

13. Pakaian Adat Jawa Barat

pakaian adat
sman5kotabogor.wordpress.com
Suku Sunda memiliki beberapa jenis baju ada yang berdasarkan fungsinya, umur dan tingkatan sosial. Maka berdasarkan hal tersebut dapat kita ketahui bahwa pakaian adat dari Jawa Barat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu pakaian adat rakyat jelata, kaum menengah dan para bagsawan.

Pakaian Adat Rakyat Jelata

Pakaian untuk kaum laki-laki sangat sederhana yatiu dengan celan pangsi serta sabuk dari kulit atau kain. Baju kampret atau baju salontren menjadi atasannya serta sarung poleh yang diselempangkan menyilang dari bahu.

Ada juga ikat kepala bernama logen dengan model hanjuang nangtung atau barangbang semplak. Alas kaki yang terbuat dari kayu bernama tarumpah.

Untuk kaum perempuan atasannya menggunakan sinjang kebat (kain batik panjang), beubeur (ikat pinggang), kamisol (Bra), dan baju kebaya. Sebagai pelengkap, hiasa rambut yang digulung jucung , menggunakan gelang akar bahar, cincin polos dan giwang. Keteplek atau sandal jepit menjadi alas kaki dari pakaian perempuan ini.

Pakaian Adat Kaum Menengah

Para pria akan menggunakan baju bedahan berwarna putih, kain batik kebat, sandal tarumpah dan sabuk. Ikat kepala, arloji rantai emas yang digantung pada pakaian menjadi aksesoris yang menambah serasi pakaian kaum menengah ini.

Para kaum wanita menggunakan kebaya dengan aneka ragam warna, kain kebat, ikat pinggang, selendang berwarna dan selot. Sebagai perhasiasan yang dipakai adalah kalung, gelang, giwang dan cincin.

Pakaian Adat Bangsawan

Para pria bangsawan pakaian yang dikenakan terdiri dari jas tutup berbahan beludru hitam yang disulam benang emas menyusuri tepi dan ujung lengan, celana panjang dengan motif sama, kain dodot motif rengreng parang rusak, benten atau sabuk emas, bendo untuk tutup kepala, dan selop hitam sebagai alas kaki.

Para wanita pakaian yang dikenakan kebaya beludru hitam bersulam benang emas, kain kebat motif rereng, dan alas kaki berupa sepatu atau selop berbahan beludru hitam bersulam manik-manik.

Tak lupa beberapa pernik perhiasan juga dikenakan seperti tusuk konde emas untuk rambut yang disanggul, giwang, cincin, bros, kalung, gelang keroncong, peniti rantai, dan beberapa perhiasan lain yang terbuat dari emas bertahta berlian.

Baju Adat Resmi

Pakaian adat Jawa Barat yang resmi tersebut dapat kita lihat pada acara pemilihan mojang dan jajaka yang selalu digelar setiap tahunnya. Berikut ini adalah gambar dari pakaian resmi tersebut

Para jajaka menggunakan jas takwa atau jas tutup dengan warna bebas (lebih sering hitam), celana panjang dengan warna yang sama, kain samping yang diikatkan di pinggang, penutup kepala berupa bendo, dan alas kaki selop. Hiasan yang dikenakan hanya berupa jam rantai yang biasanya dijepitkan pada saku jas.

Para mojang, mereka akan menggunakan pakaian berupa kebaya polos dengan hiasan sulam, kain kebat, beubeur (ikat pinggang), kutang (kamisol), karembong (selendang) sebagai pemanis, dan alas kaki berupa selop dengan warna sama seperti warna kebaya.

Untuk hiasannya yaitu tusuk konde berhias bunga untuk rambut disanggul, giwang, cincin, bros, kalung, gelang keroncong, peniti rantai, dan beberapa perhiasan lain yang terbuat dari emas bertahta berlian.

Pakaian Pengantin Sunda

Para pengantin adat Sunda akan mengenakan pakaian khusus yang dinamai pakaian Pengantin Sukapura. Pakaian ini untuk mempelai pria berupa jas tutup berwarna putih yang dilengkapi ikat pinggang warna putih, kain rereng sebagai bawahan, tutup kepala bendo motif rereng pula, dan selop berwarna putih.Untuk hiasannya, kalung panjang dari bunga melati dan keris atau kujang sebagai senjata tradisionalnya.

Para wanita, atasannya berupa kebaya brukat warna putih, bawahan berupa kain rereng eneng, benten atau ikat pinggang warna emas, dan alas kaki selop warna putih. Adapun hiasannya berupa perhiasan kilat bahu, kalung panjang, gelang, bros, giwang, dan cincin, serta sanggulan rambut yang dilengkapi hiasan siger subadra lima untaian bunga sedap malam (mangle), dan tujuh buah kembang goyang.

14. Pakaian Adat Jawa Tengah

Pakaian resmi adat Jawa Tengah bernama Jawi Jangkep dan Kebaya. Jawi jangkep adalah pakaian pria yang terdiri atas beberapa kelengkapan dan umumnya digunakan untuk keperluan adat. Jawi jangkep terdiri dari atasan berupa baju beskap dengan motif bunga, bawahan berupa kain jarik yang dililitkan di pinggang, destar berupa blangkon, serta aksesoris lainnya berupa keris dan cemila (alas kaki).

Sedangkan kebaya adalah pakaian adat wanita Jawa yang terdiri dari atasan berupa kebaya, kemben, stagen, kain tapih pinjung, konde, serta beragam aksesoris seperti cincin, subang, kalung, gelang, serta kipas. Dalam praktiknya, penggunaan pakaian ini diatur sedemikian rupa sesuai dengan strata sosial si pemakainya.

Kebaya

Kebaya umumnya dibuat dari bahan kain katun, beludru, sutera brokat,dan nilon yang berwarna cerah seperti putih, merah, kuning, hijau, biru, dan sebagainya. Untuk modelnya sendiri ada kebaya panjang dan kebaya pendek.

Kebaya panjang bagian bawahnya mencapai lutut, sementara kebaya pendek bagian bawahnya hanya mencapai pinggang. Di bagian depan sekitar dada, terdapat kain persegi panjang yang berfungsi sebagai penyambung kedua sisinya.

Kain Tapih Pinjung

Sebagai bawahan kebaya, kain tapih pinjung atau kain sinjang jarik bermotif batik digunakan dengan cara melilitkannya di pinggang dari kiri ke kanan. Untuk menguatkan lilitan, digunakan stagen yang dililitkan di perut sampai beberapa kali sesuai panjang stagennya. Agar tidak terlihat dari luar, stagen kemudian ditutupi dengan selendang pelangi berwarna cerah.

Pakaian Pengantin Adat Jawa Tengah

Jenis pakaian pengantin sendiri amatlah beragam tergantung dari acara apa yang sedang dihadapi. Untuk diketahui, dalam pernikahan adat Jawa, terdapat beberapa upacara yang harus dijalani oleh sepasang mempelai.
Upacara tersebut antara lain upacara midodareni, upacara ijab, upacara panggih, dan upacara setelah panggih.

Dalam setiap upacara tersebut, pengantin wajib mengenakan beberapa jenis pakaian yang antara lain sebagai berikut.

Upacara Midodareni

Pada upacara midodareni, pakaian pengantin pria adalah baju Jawi Jangkep yang terdiri atas baju atela, sikepan, udeng,sabuk timang, kain jarik untuk bawahan, keris, dan selop. Sementara wanitanya menggunakan busana sawitan. Busana tersebut terdiri dari kebaya berlengan panjang, stagen, dan kain jarik bercorak batik.

Upacara Ijab

Saat upacara ijab, busana yang dipakai pengantin wanita adalah baju kebaya dan kain jarik, sedangkan pengantin pria memakai busana basahan. Busana basahan pengantin pria disini terdiri dari dodot bangun tulak, kuluk matak petak, sabuk dengan timang dan cinde, stagen, celana panjang berwarna putih, keris warangka ladrang, dan selop.

Upacara Panggih

Dalam upacara panggih, kedua mempelai menggunakan pakaian adat Jawa Tengah bernama busana basahan. Busana ini terdiri dari kemben, dodot bangun tulak (kampuh), selendang sekar cinde abrit (sampur), dan kain jarik bermotif cinde sekar merah.

Selain itu, beberapa perhiasan juga dilekatkan pada tubuh pengantin. Untuk pria, perhiasan tersebut adalah kalung ulur, cincin, timang/epek, bros, dan buntal, sementara untuk pengantin wanita yaitu cunduk mentul, centung, jungkat,kalung, cincin, gelang, bros, subang, dan timang.

Upacara Setelah Panggih

Dalam upacara setelah panggih, kedua mempelai menggunakan busana kanigaran (wanita) dan busana kapangeranan (pria). Busana kanigara terdiri dari baju kebaya sebagai atasan, kain jarik, stagen, dan selop. Sedangkan busana kapangeranan terdiri dari stagen, kuluk kanigoro, sabuk timang, kain jarik, baju takwo, keris warangka ladrang, dan selop.

15. Pakaian Adat Yogyakarta

pakaian adat
tradisikita.com
Dalam adat yogyakarta terdapat berbagai jenis pakaian adat tradisional yang penggunaannya telah diatur dan dibakukan secara adat, termasuk aturan kapan, dimana dan siapa yang mengenakan pakaian tersebut.

Pakaian Adat Laki-Laki Dewasa

Secara keseluruhan seperangkat pakaian tradisional yang dikenakan laki-laki yogyakarta terdiri atas tutup kepala atau blangkon, surjan, kain batik atau jarik serta alas kaki.

Pakaian Adat Perempuan Dewasa

Sedangkan pakaian yang dikenakan oleh perempuan lazimnya berupa kebaya dengan tatanan rambut berbentuk sanggul atau konde. Bahan kain yang dipakai untuk pembuatan pakaian adat yogyakarta antara lain berasal dari bahan katun, bahan sutera, kain sunduri, nilon, lurik, atau bahan-bahan estetis.

Teknik pembuatannya ada yang ditenun, dirajut, dibatik, dan dicelup. Sementara untuk kebaya sendiri kebanyakan menggunakan bahan beludru, brokat, atau sutera.

Pakaian Adat Anak Laki-Laki

Pakaian tradisional yang diperuntukkan bagi anak laki-laki dikenal dengan nama kencongan. Pakaian ini terdiri dari kain batik yang dikenakan dengan baju surjan, lonthong tritik, ikat pinggang berupa kamus songketan dengan cathok terbuat dari suwasa (emas berkadar rendah).

Sementara untuk pakaian keseharian terdiri dari baju surjan, kain batik dengan wiru di tengah, lonthong tritik, kamus songketan, timang, serta mengenakan dhestar sebagai tutup kepala.

Pakaian Adat Anak Perempuan

Pakaian tradisional yang diperuntukkan bagi anak perempuan dikenal dengan nama sabukwala padintenan. Busana ini terdiri atas nyamping batik bermotif parang, ceplok, atau gringsing, baju katun, ikat pinggang kamus yang dihiasi dengan hiasan bermotif flora atau fauna, memakai lonthong tritik, serta mengenakan cathok dari perak berbentuk kupu-kupu, burung garuda, atau merak.

Ditambahkan pula penggunaan perhiasan dari subang, kalung emas dengan liontin berbentuk mata uang (dinar), gelang berbentuk ular (gligen) atau model sigar penjalin sebagai pelengkap. Bagi yang berambut panjang tatanan rambutnya dibuat model kone atau disanggul.

Pakaian Untuk Putri Raja

Dalam kesehariannya busana yang dikenakan untuk putri yang sudah dewasa dikenal dengan nama semekanan, yaitu berupa kain penutup dada panjang yang lebarnya separuh dari lebar kain panjang biasa. Busana ini terdiri dari kain (nyamping) batik, baju kebaya katun, semekan tritik, serta perhiasan berupa subang, gelang, dan cincin.

Untuk tatanan rambut dibuat berbentuk sanggul tekuk polos tanpa hiasan. Sedangkan busana harian bagi putri raja yang sudah menikah terdiri atas semekan tritik dengan tengahan, baju kebaya katun, kain batik, sanggul tekuk polos tanpa hiasan, serta dilengkapi dengan penggunaan perhiasannya berupa subang, cincin, serta sapu tangan merah.

Pakaian Untuk Upacara Ageng

Dalam upacara ageng, pakaian yang dikenakan oleh para putra sultan disebut dengan busana keprabon. Jenis busana ini dibedakan atas busana dodotan, kanigaran, dan kaprajuritan. Busana dodotan biasa digunakan pada upacara garebeg, jumenengan dalem (penobatan raja), serta pisowanan dalam upacara perkawinan.

Pakaian ini terdiri dari kuluk biru dengan hiasan mundri (nyamat), kampuh konca setunggal, dana cindhe gubeg, moga renda berwarna kuning, pethat jeruk sak ajar, rante, karset, kamus, timang (kretep), dan keris branggah.

16. Pakaian Adat Jawa Timur

Jawa Timur dikenal memiliki kebudayaan yang telah maju sejak masa silam. Hal ini ditandai dengan penemuan beberapa prasasti dan candi peninggalan kerajaan-kerajaan terdahulu yang pernah berkuasa di daerah tersebut, seperti kerajaan Majapahit, Kanjuruhan, Kahuripan, Medang Kamulan, Singasari, Janggala, dan lain sebagainya. pakaian adat Jawa Timur yang bernama baju pesaan dan baju mantenan.

Pakaian adat Jawa Timur sebetulnya memiliki beberapa kesamaan dengan pakaian adat yang biasa dikenakan orang-orang Jawa Tengah. Hal ini disebabkan karena masyarakat Jawa Timur sendiri secara historis memang memperoleh banyak sekali pengaruh dari kebudayaan Jawa Tengah yang berkembang lebih dominan pada masa silam.

Meski memiliki banyak kemiripan, ada beberapa hal yang membedakan kedua jenis pakaian adat ini. Pertama, dari segi coraknya. Corak pakaian adat Jawa Tengah yang banyak melambangkan nilai-nilai kesopanan dan tata krama, sangat kontras jika dibanding pakaian adat Jawa Timur yang lebih menonjolkan nilai-nilai ketegasan namun tetap sederhana dan menjunjung tinggi etika

Segi perlengkapan pakaian yang dipakai. Pakaian adat Jawa Timur dikenakan bersama dengan beberapa aksesoris unik, seperti penutup kepala (odheng), tongkat (sebum dhungket), arloji rantai, serta kain selendang yang diselempangkan di bahu.

Terlepas dari kemiripan dan perbedaan tersebut, pakaian atau baju adat Jawa Timur sendiri dibedakan menjadi 2 macam, yaitu baju mantenan dan baju pesaan.

Baju Mantenan

Sesuai dengan namanya, baju ini umumnya hanya dikenakan pada saat resepsi pernikahan adat Jawa Timuran oleh para mempelai. Baik untuk mempelai laki-laki maupun untuk mempelai wanita, baju mantenan ini memiliki corak warna yang sama, yaitu warna hitam sebagai dasar dan warna merah sebagai motif hiasannya.

Penggunaan pakaian ini juga dilengkapi dengan penutup kepala dan rangkaian bunga melati yang dikalungkan di leher untuk mempelai pria dan digantungkan pada sanggul untuk mempelai wanitanya. Sabuk emas dan gelang tangan juga dipakai sebagai pelengkap bersama dengan terompah, selendang yang diselempangkan bahu, serta aksesoris tambahan lainnya.

Baju Cak dan Baju Ning

Di Surabaya setiap tahun diadakan sebuah kontes pemilihan bujang gadis yang bernama Kontes Cak dan Ning. Dalam kontes ini, para bujang dan gadis mengenakan pakaian khas Surabaya yang sempat tenar pada tempo dulu dan masih kerap digunakan hingga saat ini dalam acara-acara besar di kantor dan kediaman walikota atau di balai kota.

Pakaian adat Jawa Timur Cak digunakan oleh para pria. Pakaian ini berupa perpaduan beskap atau jas tutup sebagai atasan, jarik sebagai bawahan, kuku macan sebagai hiasan yang digantung pada saku beskap, sapu tangan merah, dan terompah.

Sementara pakaian adat Jawa Timur Ning dikenakan oleh para wanita. Pakaian ini berupa perpaduan kebaya sebagai atasan, jarik sebagai bawahan, kerudung dengan renda, dan beragam aksesoris tambahan lainnya seperti anting, selendang, selop, dan gelang.

17. Pakaian Adat Kalimantan Barat

Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi terluas di Indonesia. Luas wilayahnya hampir 7,53% luas daratan Indonesi. Hal ini membuat provinsi Kalimantan Barat terluas di urutan ke 4, setelah Irian Jaya, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah.

Luasnya wilayah provinsi Kalimantan Barat membuat masyarakatnya memiliki asal-usul yang sangat beragam. Namun, suku yang paling dominan di Provinsi Kalbar ini merupakan suku Dayak dan Suku Melayu.

Kedua suku ini mempengaruhi bagaimana kebudayaan dan adat istiadat yang berkembang Kalimantan Barat. Pengaruh tersebut misalnya dapat kita lihat dari baju adatnya

Masyarakat Kalimantan Barat memakai baju adat yang sangat sederhana. Baju adat Kalimantan Barat bernama King Baba dan King Bibinge.

Baju Adat untuk Laki-laki

Baju adat Kalimantan Barat untuk Laki-laki adalah King Baba. Dalam bahasa Dayak sendiri, King memiliki arti baju dan Baba memiliki arti laki-laki. Baju adat ini terbuat dari bahan kulit kayu tanaman ampuro atau juga kayu kapuo.
Kedua jenis kayu ini merupakan tumbuhan endemik Kalimantan yang memiliki kandungan serat tinggi.

Untuk membuat king baba, kulit kayu dipukul-pukul dengan alat bantu berupa palu bulat di dalam air, sehingga hanya tertinggal seratnya saja. Setelah lentur, kulit tersebut lalu dijemur dan dihias dengan lukisan-lukisan khas Dayak.

Kulit kayu dibentuk hingga mirip rompi tanpa lengan serta sebuah celana panjang. Sebagai hiasan, serat kulit kayu tersebut juga dibuat menjadi semacam ikat kepala. Sebagai pelengkap hiasan.

Kaum laki-laki adat suku Dayak di Kalimantan Barat akan menyelipkan sehelai bulu burung enggang, burung yang menjadi ciri khas dari Borneo yang kini mulai langka.

Selain itu juga memakai senjata tradisional berupa mandau dan perisai juga dikenakan, apalagi ketika mereka hendak berperang. Maka dari itu baju adat Kalimantan Barat ini juga dikenal dengan nama baju perang.

Baju Adat untuk Perempuan

Baju adat untuk Kaum perempuan juga terbuat dari bahan dan cara yang sama. Namun, desainnya lebih sopan dengan perlengkapan antara lain penutup dada, stagen, kain bawahan, serta berbagai pernik lain seperti kalung, manik-manik, dan hiasan bulu burung enggang di kepalanya.

Beberapa perhiasan lain yang dikenakan di antaranya:

Jarat tangan (gelang tangan) merupakan gelang yang terbuat dari pintalan akar tanaman tengang untuk dikenakan di tangan sebagai penolak bala.
Kalung dari bahan-bahan seperti akar kayu atau kulit (tulang) hewan sebagai penangkal gangguan dari roh-roh halus, terutama sering digunakan pada bayi.
Beragam jenis gelang, di antaranya tjuk bulu tantawan, tajuk bulu area, kalung manik lawang, galling gading, galang pasan manik, galang pasan, sa’sawak tali mulung, sa’sawat pirak kurumut, dan posong.
Oleh masyarakat suku Dayak di Kalimantan Barat, kedua jenis baju ini selalu dikenakan baik saat menjalani aktivitas harian, seperti bertani, berburu, atau saat melakukan upacara adat.

Adapun karena bahan-bahannya yang cenderung panas dan kurang nyaman dikenakan, baju adat ini seiring berjalannya waktu mulai ditinggalkan.

Kemajuan peradaban dan pengaruh dari luar daerah membuat masyarakat Dayak di Kalimantan Barat mulai mencoba beragam jenis baju lain yang lebih nyaman. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Bulang Buri dan King Buri merupakan baju adat yang dibuat dari buri atau kulit kerang laut.
Baju King Kabo’ merupakan baju dari bahan kulit kayu yang hanya berupa cawat dengan hiasan manik-manik atau pita-pita rumbai.
Baju King Tompang merupakan baju dari bahan kain berwarna polos yang mulai dikenal sejak ada interaksi dengan orang Melayu.
Baju Indulu Manik merupakan baju dari kain dengan tempelan manik-manik sebagai hiasan.
Buang Kuureng merupakan baju kurung dengan lengan panjang berbahan kain beludru.
Baju Bulang Kawat, King Tatak, Bulang Panosokan, Bulang Kontong.
18. Pakaian Adat Kalimantan Tengah

Nama baju adat suku Dayak Ngaju yang telah diresmikan sebagai baju adat Kalimantan Tengah yaitu baju sangkarut. Suku Nganju adalah suku mayoritas dari Provinsi Kalimantan Tengah.



Baju sangkarut merupakan baju rompi yang dipakai saat berperang atau juga saat upacara adat pernikahan. Kata sangka memiliki arti pembatas memiliki filosofi bahwa baju ini bisa membatasi dan menangkal setiap gangguan roh halus yang akan datang pada tubuh pemakainya.

Baju sangkarut bisa terbuat dari kulit nyamu atau juga juga kulit lemba. Kulit dari tumbuhan pinang puyuh ini sangat banyak ditemukan di ekosistem hutan hujan tropis yang ada di hutan Kalimantan.

Kulit nyamu memiliki struktur yang keras dengan serat cukup banyak sehingga bisa dirajut dan dibentuk rompi. Selain dari bahan tersebut, baju adat Kalimantan Tengah ini juga bisa terbuat dari bahan daun nenas dan serat tengang.

Hiasan Rompi Sangkarut

Rompi sangkarut biasanya akan dihiasi dengan lukisan dari cat alami atau juga dengan beragam manik-manik, seperti tempelan kulit trenggiling, kancing, manik-manik, kancing, uang logam, atau juga benda-benda lainnya yang dipercaya mempunyai kekuatan magis (azimat).

Rompi sangkarut biasanya dikenakan bersama dengan bawahan yaitu cawat dan beragam perlengkapan perang lainnya berupa senjata tradisional tombak, mandau, dan perisai.

Beragam jenis kalung dari tulang hewan atau juga logam juga dikenakan oleh pemakai baju adat Kalimantan Selatan ini.

Baju Adat Kalimantan Tengah Lainnya

Selain rompi sangkarut, suku Dayak Ngaju sebenarnya memiliki bermacam-macam jenis baju adat lainnya. Beberapa di antaranya sebagai berikut

Baju Upak Nyamu

Baju ini merupakan baju terbuat dari bahan yang sama dengan bahan pembuatan rompi sangkarut khas baju adat Kalimantan Tengah, yaitu dari kulit kayu nyamu. Pemakainya juga akan menggunakan ewah atau juga cawat yang menutupi bagian kemaluan.

Yang menjadi pembeda, baju nyamu ini tidak dihiasi dengan lukisan atau juga tempelan. Ia berupa rompi polos tanpa lengan.

Baju Pawang

Baju pawang hanya dikenakan oleh dukun atau juga ulama dalam kepercayaan Kaharingan saat memanjatkan doa. Dalam kepercayaan asli suku Dayak tersebut, sang dukun diyakini bisa membantu mendatangkan hujan, melindungi diri dari roh jahat, serta mengobati orang sakit.

Baju pawang terbuat dari serat kayu dan dilengkapi dengan umbai-umbaian atau juga manik-manik sebagai penghias.

Baju Tenunan

Masuknya berbagai macam suku bangsa lain, seperti suku Mandar atau juga Melayu membuat masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah di masa silam mengenal seni menenun. Mereka mulai belajar menenun kain dari bahan serat alami seperti serat nenas, serat nyamu, dan serat tumbuhan lainnya.

Kain tenunan ini juga dilengkapi dengan motif-motif khusus yang sangat unik, seperti motif segitiga, motif flora, fauna, motif alam, dan lain sebagainya. Akan tetapi, baju tenunan tersebut saat ini sudah punah.

Baju dari Anyaman Tikar

Ada pula jenis baju yang terbuat dari anyaman tikar. Baju yang tidak diketahui namanya ini terbuat dengan menganyam tikar, lengkap dihiasi dengan ukiran kayu, tulang, atau juga kerang. Baju ini diyakini sebagai baju khas untuk berperang.

Baju Berantai

Penelitian terbaru menemukan bahwa suku Dayak Ngaju pada perkembangannya juga mengenal baju zirah. Baju khusus untuk berperang ini terbuat dari untaian besi.

Diperkirakan, adanya baju ini disebabkan oleh pengaruh budaya luar, terutama dari budaya suku Moro Filiphina

19. Pakaian Adat Kalimantan Selatan

Terdapat 4 jenis baju ada Kalimantan Selatan yang sampai sekarang masih tetap lestari dalam kehidupan masyarakat suku Banjar. Keempat baju adat ini akan dijelaskan dibawah ini

Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut,

Pakaian adat Kalimantan Selatan ini modelnya sangat dipengaruhi budaya Hindu pada masa lampau. Baju ini dipakai para pengantin di upacara adat pernikahannya.

Nuansa hindu sangat kental dengan dipakainya kemben yang disebut udat oleh para mempelai wanita. Selain itu, rangkaian bunga melati yang diberi nama karang jagung juga semakin menambah kecantikan pemakainya.

Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari,

Baju ini terasa begitu mewah karena kesakralan pasangan pengantin adat Banjar ini. Seperti nama busana yang artinya bersinar laksana matahari, pasangan penganten pun terlihat gemerlap dengan balutan busana yang diciptakan pada abad 17 ini.

Baju ini dipengaruhi budaya Hindu dan Jawa ketika masuknya Islam di Indonesia ini terlihat sangat istimewa dengan taburan payet mengkilau. Ditambah juga aksesori keemasan seperti kalung, kalung kebun raja, anting beruntai, gelang, cincin, gelang kaki dan selop bersulam benang emas.

Lalu diberi roncean bogam penghias kepala, menjadi perpaduan indah yang mampu menonjolkan kecantikan pengantin Banjar.

Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan

Baju ini memiliki nuansa Timur Tengah dan Negeri Tirai bambu yang unik. Itulah yang terlihat dari baju adat Kalimantan Selatan khas busana pengantin Banjar yang diperkenalkan pada abad 19 ini.

Warna-warninya yang khas, dengan detail menawan menjadikan busana adat Banjar ini tampil berbeda dari pendahulunya yakitu Bagajah Gamuling dan Baamar Galung.

Pangantin Babaju Kubaya Panjang

Baju adat Kalimantan Selatan khas penganten Banjar ini juga masih tetap jaya. Pasangan penganten masih menggunakan baju adat ini untuk tampil menerima restu dari sanak famili.

Baamar Galung Pancaran Matahari memang menjadi yang paling popular dan digemari. Namun busana adat ini pun tak luput dari sentuhan mode zaman kini tapi tetap tidak meninggalkan keindahan alami adat yang berlaku.

20. Pakaian Adat Kalimantan Timur

Penduduk asli Kalimantan Timur dibagi ke 2 entitas besar, yakni Dayak dan Kutai. Sejalan dengan itu, maka baju tradisional dari provinsi ini juga ada 2 macam.

Suku dayak mengenakan baju yang diberi nama baju Ta’a dan Sapei Sapaq, sementara suku Kutai mengenakan baju tradisional yang diberi nama baju Miskat.

Baju Tradisional Dayak : Ta’a dan Sapei Sapaq

Baju tradisional Dayak lebih dikenal secara luas di nasional. Baju ini terdiri dari 2 kelengkapan, yakni baju Ta’a yang dipakai oleh wanita dayak dan baju Sapei Sapaq yang dipakai oleh para pria.

Dari bahan pembuatannya dan cara pemakaiannya, kedua baju tradisional Dayak ini sangat menggambarkan tentang kearifan penduduk dayak dalam memanfaatkan sumber daya alam secara bijak dalam kegiatan sehar–hari.

Baju Ta’a tersusun atas beberapa kelengkapan yakni baju atasan diberi nama sapei inoq, rok sebatas lutut diberi nama ta’a, da’a atau ikat kepala yang terbuat dari kain atau daun pandan dengan hiasan bulu burung, dan juga gelang dari pintalan benang sebagai penolak bala.

Baik baju atasan, bawahan, maupun penutup kepala, semua dihiasi dengan uleng atau pernik motif khusus, di antaranya motif burung enggang dan harimau untuk para bangsawan, dan juga motif tumbuhan untuk penduduk biasa.

Adapun untuk baju sapei sapaq yang dipakai sebagai baju tradisional Kalimantan Timur khas pria dayak sebetulnya tidak mempunyai perbedaan mencolok dengan baju ta’a. Baju sapei sapaq mempunyai motif yang sama dengan baju ta’a.

Hanya saja bawahannya tentu tidak berupa rok, melainkan celana pendek yang diberi nama Abeq kaboq. Selain itu, kaum pria dayak juga mengenakan perlengkapan lain berupa senjata tradisional yakni perisai dan Mandau.

Baju Tradisional Kutai : Baju Miskat

Kalimantan Timur juga mengenal bermacam jenis baju tradisional lainnya khas suku Kutai, di antaranya baju miskat, baju sakai, baju kustim, baju takwo dan baju rompi antakusuma.

Baju miskat adalah yang paling terkenal. Baju ini sekarang telah ditetapkan sebagai seragam bagi PNS Provinsi Kalimantan Timur yang dipakai pada hari-hari tertentu.

Model baju miskat tampak seperti baju Cina, yakni atasan berupa baju kurung, bawahan panjang, dan kain batik dipinggang.
Adapun dalam upacara pernikahan, sepasan pengantin pria dan wanita suku Kutai umumnya akan mengenakan baju tradisional Kustim.

Baju kustim terdiri atas baju kurung dan bawahan, riasan sanggul berhias kembang goyang dan tali kuantan untuk pengantin wanita, dan juga setorong atau topi berbulu untuk pengantin pria

Selain mengenakan baju kustim, pada prosesi bealis dalam upacara pernikahan, pengantin pria dan wanita Kutai juga wajib mengenakan baju sakai.

Untuk pengantin wanita, baju ini terdiri atas kebaya lengan panjang, bawahan tapeh badong, batik celup, kalung susun tiga, dan sanggul yang dihiasi ragam pernik seperti kembang goyang 3 cabang, bunga melati (tapak langit), dan tajok mawar.

21. Pakaian Adat Kalimantan Utara

Suku Dayak yang tersebar di wilayah Kalimantan terdiri atas banyak sekali suku. Adapula yang menjadi suku Dayak mayoritas di Kalimantan Utara adalah suku Dayak Kenyah. Sub suku yang orangnya dicirikan mirip keturunan Tionghoa ini memiliki baju tradisional bernama Ta’ a dan Sapei Sapaq.

Baju Tradisional untuk Perempuan : Baju Ta’a

Baju Ta’a adalah baju tradisional yang khusus dipakai oleh kaum perempuan Dayak di Kalimantan. Baju ini dibuat dari kain beludru berwarna hitam dengan tambahanpernik atau hiasan berupa manik-manik yang dijahit.

Ta’a terdiri dari atasan dengan model mirip rompi (tanpa lengan), bawahannya adalah rok dengan warna dan motif yang sama, serta penutup kepala berhiaskan bulu burung enggang, serta aksesoris lainnya seperti gelang, kalung, dan manik-manik.

Motif hiasan rompi dan rok Ta’a sangat kental dengan perpaduan warna yang mencolok seperti putih, hijau, biru, merah yang sangat kontras dengan warna kain rompi. Di bagian dada dan lengannya dilengkapi rumbai-rumbai dengan warna motif yang sama.

Perbedaan utama antara baju Sapei Sapaq dan Taa berada pada motifnya. Untuk motif baju tradisional Kalimantan Utara,pada baju Ta’a ataupun Sapei Sapaq terbagi menjadi 3, yakni motif burung enggang, motif harimau atau hewan lainnya, serta motif tumbuhan.

Baju dengan motif burung enggang dan harimau biasanya diperuntukan bagi para bangsawan, sementara baju dengan motif tumbuhan diperuntukan bagi rakyat biasa.

Baju Tradisional Kaltara untuk Pria : Baju Sapei Sapaq

Baju tradisional Kalimantan Utara yang diperuntukan bagi kaum pria. Dari bahan pembuatan, model dan juga motifnya, baju ini sangat mirip dengan baju Ta’a. Hanya saja, untuk bawahan, baju yang dipakai kaum pria hanyalah berupa gulungan selendang yang bentuknya menyerupai celana dalam.

Walaupun seperti itu bawahannya sudah diganti dengan celana pendek hitam karena dinilai kurang begitu elok dipandang mata.
Pelengkap baju Sapei Sapaq yakni sebuah mandau yang disisipkan pada pinggang, perisai perang, dan kalung-kalung.

22.  Pakaian Adat Sulawesi Barat

Baju tradisional Sulawesi Barat khas Suku Mandar bernama Busana Pattuqduq Towaine.

Baju Tradisional untuk Wanita

Baju tradisional Pattuqduq Towaine biasanya dipakai wanita Mandar Sulawesi Barat ketika upacara pernikahan atau saat sedang menarikan tari tradisional Patuqdu.

Khusus untuk yang dipakai ketika pertunjukan tarian, busana ini terdiri atas 18 aksesoris, sementara untuk busana pengantin terdiri dari 24 aksesoris.

Semua aksesoris tersebut dapat digolongkan menjadi 5 bagian yaitu baju utama, penghias kepala, perhiasan badan, dan perhiasan tangan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing bagian tersebut.

Baju Utama

Baju utama terdiri dari baju rawang boko (baju pokkoq) untuk atasan dan lipaq saqbe untuk bawahan. Baju boko merupakan semua baju kurung sebatas lengan yang umumnya dibuat dari bahan kain berwarna cerah.
Sementara lipaq saqbe merupakan sarung sutra khas mandar yang dibuat menggunakan teknik tenun tradisional.

Penghias Kepala

Untuk mempercantik penampilan rambut dan melengkapi kearifan baju tradisional Sulawesi Barat yang dipakai, kaum wanita Mandar biasanya akan menambahkan beberapa hiasan di sanggulan rambutnya.

Hiasan tersebut adalah bunga emas dan gal (bunga melingkar yang digunakan untuk bando). Dalam pemakaiannya, ada aturan tradisional yang mengatur pemakaian hiasan ini berdasarkan status sosial pemakainya.

Perhiasan Badan

Terdapat pula beberapa perhiasan badan lainnya yang dikenakan kaum wanita sebagai pelengkap baju tradisional. Perhiasan badan tersebut yakni kawari (perisai), tombi diana (rantai uang logam), tombi sare-sare (hiasan kain segi empat berwarna merah dan hijau), dali (anting) dan tombi tallu.

Kawari merupakan perisai khas kaum wanita Mandar yang umunya dipakai di sekitar pinggul. Ada aturan tersendiri mengenai pemakaian kawari.

Perhiasan Tangan

Khusus untuk perhiasan lengan dan tangan, wanita Mandar mengenal banyak ragam pernik. Berikut ini perlengkapan perhiasan tersebut.

Gallang Balleq merupakan sepasang gelang berukuran 15 – 20 cm.
Poto adalah gelang kecil yang dipakai di lengan untuk mengapit gelang besar.
Jima Salletto merupakan gelang lebar yang diikatkan pada bahu.
Teppang merupakan gelang yang diikatkan di bawah Jima Salletto.
Jima maborong merupakan gelang pengganti Jima Salletto yang khusus dikenakan oleh kaum wanita golongan bangsawan.
Kaliki merupakan ikat pinggang.
Sima-simang merupakan gelang.
Baju Tradisional untuk Laki-Laki

Baju tradisional laki-laki Sulawesi Barat khas Suku Mandar sangat begitu simpel. Pria mengenakan jas tertutup warna hitam yang berlengan panjang.

Bagian Atasan ini dipadukan dengan celana panjang dan kain sarung yang dililitkan di pinggang untuk bawahan. Simpelnya baju laki-laki ini melambangkan bahwa laki-laki suku Mandar haruslah gesit dalam bekerja dan bertindak.

23. Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Setiap suku yang tinggal di Sulawesi Selatan sebenarnya memiliki kekhasan dan karakteristik baju daerah yang beraneka ragam. Akan tetapi, Bbodo menjadi pakaian adat resmi yang digunakan sebagai ciri khas provinsi Sulawesi Selatan terutama bagi para wanitanya.

Baju Daerah untuk Wanita

Baju Bodo dianggap sebagai pakaian adat Sulawesi Selatan paling pertama dikenal oleh masyarakatnya. Dalam kitab Patuntung, baju ini bahkan disebutkan dengan jelas, mulai dari bentuk, jenis hingga cara pemakaiannya.

Baju bodo sangat nyaman dikenakan. Baju ini sengaja dibuat dari bahan kain muslin. Kain ini merupakan kain hasil pintalan kapas yang dijalin bersama benang katun. Rongga dan kerapatan benang yang cukup renggang, menjadikan kain ini sejuk dikenakan sehingga cocok dipakai di iklim tropis Sulawesi Selatan.

Beberapa masyarakat Makassar menyebut baju bodo dengan nama bodo gesung. Alasannya karena pakaian ini memiliki gelembung di bagian punggungnya. Gelembung tersebut muncul akibat baju bodo dikenakan dengan ikatan yang lebih tinggi.
Secara sederhana, berikut ini merupakan penampakan dari baju bodo yang lebih sering digunakan oleh kaum wanita.

Dalam kitab Patuntung, ada aturan yang menyebutkan penggunaan warna khusus bagi tingkatan usia wanita yang akan mengenakan baju dodo ini. Aturan warna tersebut antara lain:

Warna jingga dipakai oleh perempuan umur kurang dari 10 tahun.
Warna jingga dan merah darah dipakai oleh perempuan umur 10 hingga 14 tahun.
Warna merah darah dipakai oleh untuk 17 hingga 25 tahun.
Warna putih dipakai oleh para inang dan dukun.
Warna hijau dipakai oleh puteri bangsawan.
Warna ungu dipakai oleh para janda.
Pakaian Daerah untuk Pria

Kaum pria memakai pakaian adat yang bernama baju bella dada. Baju ini dipakai bersama paroci (celana), lipa garusuk (kain sarung), dan passapu (tutup kepala seperti peci).

Passapu atau tutup kepala yang dipakai sebagai pelengkap baju bella dada umumnya dibuat dari anyaman daun lontar dengan hiasan mbring atau benang emas yang disusun. Passapu dapat pula tidak diberi hiasan.

Selain passapu, para laki-laki juga tak ketinggalan untuk mengenakan aksesoris pelengkap pakaian yang digunakan.

Gelang yang digunakan merupakan gelang dengan motif naga dan terbuat dari emas, sehingga gelang ini dinamai gelang ponto naga.
Keris yang dipakai merupakan keris dengan kepala dan sarung terbuat dari bahan emas. Keris ini disebut pasattimpo atau tatarapeng.
Sapu tangan yang dikenakan merupakan sapu tangan dengan hiasan khusus. Sapu tangan ini dinamai passapu ambara.
24. Pakaian Adat Sulawesi Tengah

Terdapat beberapa macam pakaian adat dari Sulawesi Tengah ini karena tiap suku hampir memiliki pakaian adatnya tersendiri.

Pakaian Adat Suku Kaili

Suku Kaili merupakan suku yang paling sering mewakili Provinsi Sulawesi Tengah, pakaian adat suku Kaili bernama Baju Nggembe dan juga Baju Koje. Baju ini merupakan baju adat khusus wanita atau remaja putri yang dikenakan saat pesta atau upacara adat.

Baju ini memiliki bentuk yang unik, yakni segi empat dengan kerah bulat dan juga blus longgar yang panjang sampai ke pinggang.

Baju Nggembe dilengkapi beberapa aksesoris yakni sampo dada (penutup dada), dali taroe (anting panjang), gemo (kalung beruntai), ponto date (gelang panjang), dan juga pende (pending).

Sebagai bawahannya adalah sarung tenun donggala yang disebut Buya Sabe Kumbaja. Sarung ini dikepit di pinggang dengan ujung sarung terjuntai di pangkal tangan.

Adapun untuk para adalah Baju Koje dan juga Puruka Pajana. Baju koje merupakan atasan berupa kemeja dengan kerah tegak, dengan lengan yang panjang.

Sedangkan puruka pajana merupakan celana lebar yang dilengkapi dengan sarung di pinggang pemakainya. Para pria juga akan mengenakan destar (penutup kepala) yang disebut siga dan juga keris yang diselipkan di pinggangnya.

Pakaian Adat Suku Mori

Baju daerah Suku Mori bernama Lambu. Pakaian adat tersebut untuk perempuannya terdiri atas beberapa pernik yaitu blus berlengan panjang dan juga rok panjang berwarna merah serta aksesoris lain di antaranya Pewutu Busoki (Konde), Lansonggilo (tusuk konde), tole-tole (anting), enu-enu (kalung), mala (gelang), pebo’o (ikat pinggang), dan juga sinsi (cincin).

Sedangkan bagi pria, pakaian yang dikenakan antara lain kemeja dan juga celana panjang berwarna merah, destar penutup kepala yang disebut bate, dan juga ikat pinggang yang disebut sulepe.

Pakaian Adat Suku Toli Toli (Buol)

Pakaian untuk perempuannya adalah blus lengan pendek dengan lipatan kecil di bagian lengan dan juga manik-manik dari pita emas (badu), celana panjang dengan hiasan sama (puyuka), sarung sebatas lutut (lipa), selendan jugag (silempang), dan juga ikat pinggang berwarna kuning serta beragam aksesoris seperti ting-anting panjang, gelang panjang, kalung panjang warna kuning, dan juga kembang goyang.

Sedangkan untuk kaum prianya, pakaian yang dipakai adalah blus lengan panjang dengan leher tegak, celana panjang, sarung selutut, dan juga tutup kepala yang disebut songgo.

Pakaian Adat Suku Saluan

Baju daerah dari suku ini adalah Nu’boune dan juga rok Mahantan untuk perempuan, serta pakaian Nu’moane dan juga Koja untuk para pria.

Pakaian Nu’boune merupakan blus biasa berwarna kuning dengan hiasan bintang sedangkan rok Mahantan merupakan rok panjang semata kaki.

Terdapat pula aksesoris di antaranya Potto (gelang), Kalong (kalung), sunting (anting), dan juga Salandoeng (selendan jugag).
Nu’moane merupakan kemeja biasa dan juga koja merupakan celana panjang berwarna gelap. Para pria akan mengenakan aksesoris berupa topi yang bernama sungkup Nu’ubak dan juga sarung bernama lipa.

25. Pakaian Adat Sulawesi Tenggara

Baju adat Tolaki bernama Babu Nggawi dan Babu Nggawi Langgai. Baju inilah yang menjadi ciri baju adat Sulawesi Tenggara di kancah nasional.

Baju Adat untuk Pengantin Wanita

Baju babu nggawi terdiri dari lipa hinoru sebagai atasan, roo mendaa unuk bawahan, serta berbagai aksesoris lainnya. Atasan lipa hinoru merupakan blus dengan bahu yang terputus.

Sedangkan bawahan roo menda merupakan sebuah rok panjang hingga mata kaki dengan warna yang sama seperti baju atasan dan dihiasi manik-manik warna emas di bagian depannya dengan motif tradisional.

Pengantin wanita juga akan menambahkan baju adat Sulawesi Tenggara yang dipakainya dengan bermacam-macam hiasan seperti anting-anting panjang terurai, kalung eno-eno sinolo, kalung eno-eno renggi, gelang bolusu

Baju Adat Babu Nggawi Langgai untuk Pengantin Pria

Baju pengantin pria dalam baju tradisional Sulawesi Tenggara suku Tolaki merupakan Babu Nggawi Langgai. Baju ini merupakan baju atasan lengan panjang yang bagian depannya terbuka dengan hiasan keemasan pada belahan baju, leher, dan lengan. Baju atasan ini bernama babu kandiu.

Sedangkan untuk bawahan, mereka menggunakan celana panjang dengan belahan pada bagian bawah.

Selain itu, beberapa tambahan lainnya adalah sebagai berikut;

Sulepe atau salupi merupakan ikat pinggang logam berwarna emas dengan hiasan manik-manik. Warna ikat pinggang tidak harus emas. Bisa juga digunakan warna lain atau warna yang sesuai dengan bajunya.
Pabele merupakan penutup kepala yang bentuknya runcing di bagian depan dengan hiasan benang emas dan manik-manik di sekelilingnya. Pabele dibuat dari bahan kain yang sama dengan bahan baju.
Sapu ndobo mungai merupakan sapu tangan berwarna cerah atau warna yang sesuai dengan warna baju.
Leko atau Keris yang diselipka dipinggang sebagai senjata tradisional sarana perlindungan diri.
26.Pakaian Adat Sulawesi Utara

Terdapat beberapa suku yang berada di Provinsi Sulawesi Utara, maka berikut ini merupakan penjelasan dari setiap suku dan etnis yang berada disana;

Baju Adat Bolaang Mangondow

Bolaang Mangondow merupakan sebuah suku yang dulunya pernah membentuk sebuah kerajaan dengan nama yang sama. Suku ini mempunyai kebudayaan yang cukup maju di masa silam.

Untuk baju keseharian, penduduk Bolaang Mongondow memakai kulit kayu atau pelepah nenas. Seat ini deberi nama “lanut” ini lalu ditenun sehingga menjadi kain.

Kain inilah yang lalu dijahit menjadi baju sehari-hari. Kendati demikian, saat ini baju keseharian tersebut sudah sangat jarang bahkan tidak bisa lagi ditemukan. Sebagian besar penduduk telah ,mengikuti perkembangan zaman sehingga lebih sering mengenakan baju dari bahan kapas.

Pada upacara adat, baju adat diberi nama baniang untuk kamu pria dan salu untuk kaum wanita. Baniang merupakan baju dari perpaduan antara destar yang diikat di kepala dan pomerus yang diikatkan dipinggang.

Salu merupakan baju dengan kelengkapan kain senket pelekat sebagai atasan dan bawahan serta hiasan emas pada bagian dada yang disebut hamunse.

Baju Adat Minahasa

Baju untuk suku Minahasa bernama bajang. Dalam upacara ada, penduduk Minahasa biasanya mengenakan baju adat Sulawesi Utara yang lebih modern. Kemeja dengan bawahan sarung, serta dilengkapi dengan dasi dan destar penutup kepala berbentuk segitiga merupakan pilihan utama.

Sementara pada wanita memakai kebaya dan bawahan kain dengan warna yang sama (yapon), serta hiasan pernik perhiasan lain yang diselipkan di sanggulan rambut, leher, lengan dan telinga.

Baju Adat Sangihe dan Talaud

Laku tepu merupakan baju dengan baju lengan panjang dan untaiannya sampai tumit. Baju ini dikenakan bersama perlengkapan lain yaitu popehe (ikat pinggang), paporong (penutup kepala), bandang (selendang di bahu), dan kahiwu (rok rumbai).

Baju dan perlengkapan ini digunakan baik oleh wanita maupun para pria dengan warna dasar kuning, merah, hijau, atau warna cerah lainnya.

27. Pakaian Adat Gorontalo

Mukuta dan Biliu merupakan sepasang pakaian adat dari Gorontalo yang biasanya hanya dikenakan pada saat upacara pernikahan. Mukuta dikenakan oleh pengantin pria dan Biliu dikenakan oleh pengantin wanita.

Mukuta dan Biliu sendiri tersusun dari kain berwarna kuning keemasan, selain ada yang warna ungu dan hijau. Penggunaan pakaian tersebut akan dilengkapi dengan bermacam-macam pernik seperti penutup kepala, ikat pinggang, terompah, dan lain sebagainya dengan sebutan khusus.

Perlengkapan Pakaianuntuk Pengantin Wanita

Selain memakai baju kurung dan bawahan kuning juga mengenakan beberapa aksesoris sebagai berikut:

Baya Lo Boute merupakan ikat kepala khusus untuk rambut pengantin wanita.
Tuhi-tuhi merupakan gafah berjumlah 7 yang menjadi simbol adanya 7 kerajaan besar yang saling bersahabat dalam suku Gorontalo.
Lai-lai merupakan bulu burung atau juga unggas yang berwarna putih. Bulu ini diletakan tepat di atas ubun-ubun sebagai lambang kesucian, budi luhur dan keberanian.
Buohu Wulu Wawu Dehu merupakan kalung keemasan yang dilingkarkan di leher. Kalung melambangkan ikatan kekeluargaan antara keluarga pengantin pria dan wanita.
Kecubu atau lotidu merupakan kain dengan hiasan pernik tertentu yang dilekatkan di dada pengantin wanita.
Etango merupakan ikat pinggang dengan motif yang sama seperti kecubu.
Pateda merupakan gelang keemasan yang berukuran cukup lebar.
Luobu merupakan hiasan kuku keemasan yang dikenakan hanya pada jari kelingking dan jari manis dari kedua belah tangan kiri dan kanan.
Perlengkapan Pakaian Mukuta untuk Pengantin Pria

Perlengkapan pakaian adat Gorontalo untuk pria cenderung lebih sedikit. Beberapa aksesoris tersebut antara lain:

Tudung makuta merupakan hiasan tutup kepala yang berbentuk unik menyerupai bulu unggas, menjulang tinggi ke atas kemudian terkulai ke belakang.
Bako merupakan kalung yang sama seperti yang dikenakan pengantin wanita. Kalung inipun memiliki makna terjalin kekeluargaan antara keluarga kedua keluarga pengantin.
Pasimeni merupakan hiasan baju yang menjadi simbol keluarga harmonis dan damai.
28. Pakaian Adat Maluku

Pakaian adat Maluku yang dikenal dengan nama baju cele atau kain salele merupakan pakaian adat dengan nilai estetis dan filosofis tinggi.

Baju cele merupakan baju berwarna merah terang yang mempunyai motif garis-garis emas atau perak yang geometris. Kainnya tebal tapi tetap nyaman digunakan.

Untuk wanita, baju cele biasanya dipadukan dengan kain sarung tenun atau kebaya dengan warna yang sama. Sedangkan bagi pria, baju cele dibentuk menyerupai jas dan dikenakan bersama kemeja sebagai dalaman dan celana panjang formal untuk bawahannya.

Adapun untuk alas kaki, baik pria maupun wanita biasanya menjadikan sepatu vantovel hitam sebagai pilihan utama.

Pada wanita terdapat beberapa aksesoris yang diperlukan sebagai berikut ini;

Konde berwarna emas atau perak. Dalam bahasa Maluku konde ini dikenal dengan nama Haspel.
Kak kuping. Konde biasanya dipadukan dengan 4 buah kak kuping yang bentuknya seperti kembang.
Sisir konde diletakan di tengah konde berguna untuk menjaga konde agar tetap rapi.
Bunga Ron adalah aksesoris dari bahan gabus atau papeceda ini dilingkar pada konde.
Kain Lenso merupakan kain saputangan yang diletakkan dan direkatkan di pundak menggunakan temiti.
Terdapat beberapa pakaian adat Maluku yang biasa diapakai untuk upacara adat atau juga kegiatan sehari-hari.

Kebaya Putih Tangan Panjang

Pakaian adat ini berbahan brokat dengan warna putih yang dahulu biasa dikenakan wanita kalangan tertentu, seperti wanita kerajaan, guru, pendeta atau bangsawan.

Kebaya Hitam Gereja

Pakaian ini adalah kebaya lengan panjang dari bahan brokat hitam yang dipadukan dengan bawahan sarung dari jenis kain yang sama.

Baniang Putih

Baju ini merupakan pakaian adat Maluku tengah yang hanya dikenakan kaum pria. Pakaian ini berupa kemeja dengan leher bundar yang dilengkapi kancing putih. Baniang putih secara umum biasanya digunakan sebagai dalaman jas.

Kebaya Dansa

Kebaya dansa merupakan pakaian adat yang biasanya dikenakan saat ada pesta rakyat. Pakaian adat Maluku yang satu ini merupakan kemeja berleher bundar tanpa kancing.

Kain yang digunakan untuk membuatnya merupakan jenis kain polos berkembang kecil. Beda dengan baniang putih, kebaya dansa dapat dikenakan oleh pria maupun wanita.

Baju Nona Rok

Baju ini berupa kebaya putih panjang berbahan brokat halus dan rok bermotif kembang kecil. Baju nona rok biasa digunakan lengkap dengan aksesoris berupa ikat pinggang perak (peding), sanggul (konde bulan), tusuk konde (haspel), dan berbagai perlengkapan lain seperti yang digunakan pada baju cale.

29. Pakaian Adat Maluku Utara

Terdapat 4 jenis pakaian dari Maluku Utara, berikut ini adalah penjelasannya;

Pakaian Adat Sultan dan Permaisuri

Pakaian adat Maluku Utara ini terdiri dari jas tertutup berwarna merah dengan kancing besar yang terbuat dari perak, dan ujung tangan, leher, serta saku jas bagian luar dihiasi dengan bordir dan pernik keemasan.

Pakaian istri sultan atau sang permaisur bernama Kimun Gia. Pakaian ini adalah kebaya yang dibuat dari kain satin putih yang dipadukan dengan bawahan berupa kain songket

Pakaian Adat Bangsawan

Pakaian adat untuk para bangsawan atau pembesar berupa jubah panjang yang menjuntai sampai betis, celana panjang, serta ikat kepala berbentuk khusus dan beragam kelengkapan lainnya seperti yang dapat dilihat pada gambar.
Sementara untuk para wanita bangsawan, pakaian yang dikenakan berupa kebaya dan kain panjang sebagai bawahan.

Pakaian Adat Remaja Putra dan Putri

Pakaian untuk remaja putra disebut baju koja. Baju ini adalah perpaduan jubah panjang berwarna biru atau kuning muda, serta bawahan celana panjang hitam atau putih dan tutup kepala bernama toala polulu.

Sementara pakaian adat untuk remaja putri adalah perpaduan kebaya dan kain songket yang dilengkapi dengan beragam aksesoris seperti kalung rantai emas (taksuma), anting susun dua, serta alas kaki bernama tarupa.

Pakaian Adat Rakyat Biasa

Pakaian adat yang dipakai memiliki nilai kesederhanaan baik untuk para pria maupun para wanitanya. Sayangnya jenis pakaian ini sudah sangat sulit ditemukan saat ini.

30. Pakaian Adat Bali

Pakaian adat Bali memang dikenakan dipakai untuk acara sembahyang bagi masyarakat beragama Hindu. Meskipun demikian, dalam kegiatan sehari-hari banyak juga yang memakainya.

Tidak ada nama khusus dari pakaian adat Bali. Kebanyakan akan menyebut pakaian yang diberi nama nama “pakaian adat Bali”.

Pakaian Adat Bali Pria

Pada biasanya pria Bali memakai pakaian yang memiliki aksesoris seperti ikat kepala (udeng), baju, kamen, kampuh (saput), serta selendang pengikat (umpal).

Udeng (Ikat Kepala)

Udeng merupakan penutup kepala yang terbuat dari kain, dipakai untuk ibadah dan juga kegiatan sehari-hari.
Untuk ibadah dan acara keagamaan, udeng berwarna putih, sementara untuk kegiatan sehari-hari udeng bermotif batik.

Bentuk udeng sangat unik , adanya simpul di bagian tengah depan menyimbolkan bahwa pemakainya harus dapat berpikir jernih dan memusatkan pikiran saat beribadah.

Baju

Baju atau juga atasan yang dikenakan pada perlengkapan pakaian adat Bali merupakan sebuah baju tertutup yang modelnya nyaris mirip dengan baju safari.

Meskipun begitu, pada prinsipnya baju yang dipakai tidak memiliki aturan khusus, yang penting rapi, bersih, dan sopan.

Kamen

Pria bali tidak menggunakan celana sebagai bawahan. Fungsi celana diganti dengan kamen atau juga kain sepanjang 2 meter dan lebar 1 meter. Kamen diikatkan di pinggang melingkar dari kiri ke kanan. Ikatan tersebut melambangkan darma,

Saput (Kampuh)

Kain penutup lain bernama saput atau juga kampuh. Saput diikatkan di pinggang secara melingkar berlawanan arah jarum jam.
Saput merupakain kain bergaya klasik yang lebih sering dipakai saat ibadah atau juga acara keagamaan. Tujuan penggunaannya merupakan untuk menutupi lekuk tubuh dan aurat.

Umpal (Selendang Pengikat)

Untuk menguatkan kamen dan saput, dipakai selendang kecil berwarna kuning yang bernama umpal. Cara mengikat ini mengandung arti bahwa pria bali harus dapat mengendalikan semua hal buruk dari segala kegiatannya.

Pakaian Adat Bali Wanita

Pakaian tersebut terdiri atas beberapa aksesoris yaitu kebaya, kamen, senteng atau juga selendang, bulang pasang, sanggul, dan bunga sebagai penghias rambut.

Kebaya

Perempuan adat Bali merupakan kebaya dengan motif sederhana dan warna cerah. Pemilihan kebaya dinilai dapat menonjolkan sisi kecantikan dan keanggunan wanita Bali.

Kamen

Kamen dipakai untuk menutupi tubuh bagian bawah hingga sebatas 1 telapak tangan dari lutut. Batasan ini diatur agar wanita Bali leluasa dalam bergerak melangkah dan berjalan, namun tetap terlihat sopan dan anggun.

Selendang (Senteng)

Wanita Bali biasanya juga akan memakai selendang atau juga senteng yang disampirkan di bahu.

Bulang Pasang

Untuk menguatkan ikan kamen, dipakai sebuah selendang kuning bernama bulang pasang yang diikatkan di pinggang. Pemakaian selendang bulang pasang dalam pakaian adat Bali wanita.

Sanggul

Ada 3 jenis gaya tata rambut atau juga sanggul, berikut penjelasannya;

Pusung gonjer dikhususkan untuk wanita yang masih lajang atau juga belum menikah,
Pusung tagel dikhususkan untuk wanita yang sudah menikah.
Pusung kekupu atau juga pusung podgala dikhususkan untuk wanita yang menyandang status janda.
Bunga dan Aksesoris Lainnya
Bunga yang dipilih merupakan bunga cempaka kuning, cempaka putih, dan atau juga bunga kamboja.

31. Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat

Bukti budayasuku Sasak yang saat ini masih dapat ditemukan adalah pakaian adatnya yang bernama Lambung dan Pegon.

Pakaian adat Lambung untuk Wanita

Pakaian adat lambung dipakai khusus untuk wanita saat menyambut tamu dan dalam upacara adat mendakin atau nyongkol.
Pakaian baju hitam dengan kerah bentuk huruf “V”, tidak berlengan, dan berhias manik-manik di tepi jahitan.

Pakaian yang dibuat dari bahan kain pelung ini dipakai bersama selendang bercorak ragi genep di bahu kanan atau kiri pemakainya. Selendang tersebut dibuat dari bahan kain songket khas suku sasak.

Untuk bawahannya, dipakai kain panjang hingga ke pinggang. Untuk menguatkan balutan kain, dipakai sebuah sabuk anteng.

Penggunaan pakaian adat lambung untuk perempuan akan dilengkapi dengan beragam aksesoris seperti sepasang gelang tangan dan gelang kaki dari bahan perak, dan anting-anting

Pakaian adat Pegon untuk Pria

Baju pegon dikenakan oleh para pria. Bentuknya adalah jas hitam sama seperti jas biasa. Sedangkan untuk celananya, dipakai wiron atau cute yakni bati bermotif nangka dari bahan kain pelung hitam.

Terdapat juga aksesoris antara lain ikat kepala bernama capuq yang bentuknya mirip udeng khas bali, ikat pinggang bernama leang yang berupa kain songket bersulam benang emas, dan keris yang diselipkan di samping atau di belakang ikat pinggan.

Pakaian Adat Suku Bima

Pada pakaian adat NTB suku Bima yang dikenal dengan nama Rimpu. Bentuk rimpu sangat menyerupai bentuk mukena, yakni satu untukan menutupi kepala sampai perut dan satu untukan lainnya menutupi perut hingga kaki.

Adapula, rimpu sendiri berdasar kegunaannya dibedakan menjadi 2 yakni, rimpu cili khusus untuk wanita yang belum menikah dan rimpu colo untuk wanita yang sudah menikah.

Rimpu cili menutupi seluruh tubuh penggunanya kecuali mata, sedangkan rimpu colo menutupi semua tubuh kecuali wajah pemakainya.

Untuk para pria Bima, dipakai ikat kepala dari kain tenun yang bernama sambolo. Sambolo dipakai dengan ujung-ujung melingkar kepala.

Atasan pria adalah kemeja lengan panjang sedangkan bawahannya berupa sarung songket bernama tembe me’e.
Bagian bawahan dilengkapi dengan salepe atau selendang yang berfungsi sebagai ikat pinggang.

32. Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur

NTT terdapat suku yang paling besar suku Rote, suku Sabu, suku Helong, suku Atoni atau Dawan, suku Manggarai, suku Sumba, dan suku Lio. Dibawah ini akan dijelaskan 4 suku dari 7 suku tersebut.

Pakaian Adat Suku Rote

Pakaian adat Suku Rote adalah simbol pakaian adat NTT di kancah nasional. Pakaian ini dipilih karena memiliki desain yang sangat unik dan sarat makna.

Keunikannya terletak pada desain Ti’i langga. Ti’i langga adalah sebuah penutup kepala dengan bentuk seperti topi sombrero khas Meksiko yang dibuat dari daun lontar kering.

Selain untuk pelengkap penampilan, topi ini juga dianggap sebagai simbol wibawa dan kepercayaan diri bagi para pria Rote.
Topi Ti’i langga adalah pelengkap utama pakaian adat Rote yang bernama pakaian Tenun Ikat.

Tenun ikat lebih didominasi oleh kain tenun khas Rote. Untuk para menggunakan kemeja putih lengan panjang menjadi atasan dan sarung tenun ikat warna gelap menjadi bawahan.

Selendang dari kain dengan motif yang sama juga diselempangkan di bahu untuk penutup dada. Sedangkan untuk para wanita Rote, perpaduan kebaya dan bawahan berupa tenunan tangan menjadi pilihan utama.

Pakaian Adat Suku Sabu

Suku ini memiliki pakaian bernama pakaian adat Sabu. Untuk para pria, perlengkapan yang digunakan adalah kemeja putih lengan panjang, bawahan dan selendang yang diselempangkan ke bahu berupa sarung tenun,

Ikat kepala berupa mahkota tiga tiang terbuat dari emas kalung mutisalak, sabuk berkantong, perhiasan leher dan gelang emas.

Untuk kaum wanita, kebaya dan kain tenun. Kain tenun tersebut berupa sarung dengan ikat pinggang bernama pending.

Pakaian Adat Suku Helong

Suku ini memiliki pakaian adat NTT khas yang bernama pakaian adat Helong. Kaum pria pakaian adat ini berupa selimut besar yang diikat di pinggang sebagai bawahan, baju bodo (kemeja), destar sebagai pengikat kepala, dan habas atau perhiasan leher.

Sedangkan untuk perempuannya, mengenakan kebaya atau kemben, sarung yang diikat dengan ikat pinggang emas, perhiasan kepala bula molik, giwang, dan hiasan leher yang juga berbentuk bulan.

Pakaian Adat Suku Dawan

Suku ini mempunyai pakaian adat NTT yang bernama baju amarasi. Baju amarasi untuk pria adalah selimut dari kain tenun ikat, baju bodo, kalung habas berbandung gong, ikat kepala dengan hiasan tiara, muti salak, dan gelang timor.

Sedangkan baju amarasi bagi wanita berupa sarung tenun sebagai bawahan, selendang penutup dada, kebaya, kalung muti salak, hiasan kepala adalah tusuk konde.

33. Pakaian Adat Papua Barat

Pakaian adat Papua Barat bernama pakaian adat Ewer. Pakaian ini murni terbuat dari bahan alami yaitu jerami yang dikeringkan. Berikut ini adalah penjelasan pakaian adat Papua Barat

Pakaian Adat Wanita Papua Barat

Bahan alam jerami atau juga serat kering hanya dipakai sebagai bawahan rok bagi para perempuan. Rok tersebut dipakai dengan cara mengambil serat-serat tumbuhan serta merangkainya menggunakan tali di bagian atasnya.

Rok ini dibuat dengan 2 lapisan, lapisan pertama dalam sebatas lutut, dan lapisan luarnya lebih pendek. Untuk menguatkan ikatan rok, maka digunakan ikat pinggang yang terbuat dari kulit kayu yang diukir sedemikian rupa.

Motif ukiran tersebut tidak rumit, yaitu motif kotak dengan susunan yang geometris

Untuk atasan, baju ini terbuat dari bahan kain beludru dengan pernik rumbai bulu di bagian tepi lengan, leher, atau juga pinggangnya.

Baju atasan ini sebenarnya adalah pengaruh dari budaya luar dan biasanya hanya dipakai untuk masyarakat Papua Barat yang berdomisili di sekitar kota Manokwari.

Selain baju dan rok, pakaian adat Papua Barat untuk wanita juga dilengkapi dengan berbagai jenis aksesoris seperti gelang, kalung, dan penutup kepala.

Gelang dan juga kalung biasanya dibuat dari biji-bijian keras lalu dirangkai dengan seutas benang, sedangkan penutup kepalanya dibuat dari bulu burung kasuari.

Pakaian Adat Pria Papua Barat

Pakaian adat pria Papua Barat yang dikenakan pada zaman dulu sangat berbeda dengan pakaian adat yang dikenakan dan diperkenalkan saat ini.

Dahulu, pria secara umum hanya menggunakan rok rumbai yang cara serta bahan pembuatannya sama dengan rok yang dipakai para wanita.

Pemakaian rok rumbai oleh para pria tidak dilengkapi dengan atasan, mereka hanya akan bertelanjang dada.

Pakaian adat Ewer bagi pria terbuat dari kain beludru dengan juga model yang lebih sopan. Celana pendek hanya sebatas lutut lengkap dengan kain penutup yang menjuntai di bagian depan digunakan sebagai bawahan.

Sedangkan bagian atasan digunakan baju rompi yang dibuat dengan kain dan model yang sama. Setiap tepi potongan dari baju ewer pria, baik untuk celana, rompi, maupun kain penutup biasanya dihiasi dengan batas kain berwarna terang.

Selain itu, para pria adat Papua Barat juga menggunakan aksesoris lainnya untuk menambah penampilan

Seperti Kalung dan penutup kepala, serta perlengkapan perang berupa perisai, tombak, sumpit, dan panah adalah beberapa yang biasanya harus ada

34. Pakaian Adat Papua

Pakaian adat Papua dan juga pelengkapnya secara keseluruhan terbuat dari 100% bahan alami dengan cara pembuatan yang sangat sederhana. Dibawah ini merupakan penjelasannya

Koteka

Koteka merupakan penutup kemaluan sekaligus pakaian adat laki-laki Papua. Pakaian ini berbentuk selongsong yang mengerucut ke bagian depannya.

Koteka terbuat dari bahan buah labu air tua lalu dikeringkan dan bagian dalamnya dibuang. Labu air yang tua dipilih karena cenderung lebih keras dan lebih awet dibanding labu air muda.

Koteka dipakai sebagai pakaian sehari-hari atau sebagai pakaian saat melakukan upacara adat dengan cara diikat ke pinggang dengan tali sehingga ujung koteka mengacung ke atas.

Khusus untuk acara adat, koteka yang digunakan biasanya berukuran panjang yang dilengkapi dengan ukiran-ukiran etnik.
Sedangkan untuk yang dikenakan saat bekerja dan aktivitas sehari-hari koteka yang digunakan biasanya lebih pendek.

Koteka menjadi yang paling populer, bahkan hingga mendunia. Turis-turis yang berdatangan biasanya akan membeli koteka dan menjadikannya sebagai cendera mata khas Papua

Rok Rumbai

Wanita Papua akan mengenakan rok rumbai. Rok rumbai merupakan pakaian adat Papua berbentuk rok yang terbuat dari daun sagu kering dan juga dikenakan untuk menutupi tubuh bagian bawah.

Rok rumbai dapat dikenakan para pria. Rok rumbai umumnya dilengkapi aksesoris kepala dari bahan ijuk, bulu burung kasuari, atau juga anyaman daun sagu.

Ketika memakai koteka atau rok rumbai, orang Papua pada tidak akan menggunakan baju atasan seperti orang-orang suku lain yang menggunakan pakaian adatnya.

Orang papua akan menyamarkan tubuh bagian atasnya menggunakan lukisan-lukisan atau tatto yang dibuat dari tinta alami.

Perlengkapan Lain Pakaian Adat Papua

Orang suku Papua mengenal perlengkapan lain yang dikenakan untuk memperindah penampilannya saat mengenakan pakaian adat.

Pelengkap pakaian Papua tersebut berupa manik-manik dari kerang, taring babi, gigi anjing yang dikalungkan di leher, tas noken, serta senjata tradisional.


Read more ...